Puisi Budi Setiawan
Budi Setiawan pecinta puisi tinggal di Temanggung, Jawa tengah. Karyanya berupa puisi banyak tersiar di media massa baik cetak dan elektronik. Sejumlah lain tergabung di buku antologi.
Surat Cinta Kepada Tuhan
Kutulis surat cinta ini, Tuhan
Kata-kata kulayarkan
Mengarungi rimba mata
Tak terbaca peta
Tanganku gerimis
Desauan angin menangis
Getar dan getir
Kecup bibir cangkir
Tanda cinta kopi
begitu memuja sepi
Tak ada
Bulan insomnia, malam ngorok
Di atas ranjang langit
kabut mendengkurkan bau sangit
Hutan terbakar
Burung lepas dari sangkarnya
Dan kata-kata kini hanya
Perahu kertas
Yang kutitipkan
pada lautan luas
Kutulis surat cinta ini, Tuhan
Pada debur ombak
Gemuruh badai
Telanjang tubuhku
Menggapai senjamu
tak sampai-sampai
tak sampai-sampai
Kumbang Hutan
Tubuhmu kumbang,
Hisaplah manis
Dari maduku
Aku bayangkan
Rimbun pohon
Tumbuh liar
di dadamu,
Dalam hutanmu
Berjatuhan hijau
Lukaku yang di sadap
Hantu dan pemburu
Merah rambutmu
Menjadi sayap
Bagi burung-burung
Waktu yang merindu
Sengat matamu
Seperti doa hujan
Menggantung
Lembut pada
Langit mataku
Pahit tubuhmu
Gundul nasibku
Tak ada nektar
Di tanah kuburan!
Senandung Gersang
Ilalang panjang
Hilang dalam sulaman bayang
Pohon gersang
Semak telanjang
Seperti perawan rindu bujang
Dewi Sri membakar jerami
Di rambut sendiri
Ini musim sekarat
Hujan adalah dosa
Yang begitu berat
Burung tak lagi terbang
Menjatuhkan tembang
Suaranya habis
Tertelan dahan-dahan terbakar
Awan mendelik di langit
Doa-doa adalah hantu
Yang menjerit
Matahari
Menjatuhkan
mata api
Tanah
beraroma kopi
Cuaca bergoyang-goyang
Lindu menghantam kesedihan
Di muara-air-mata
Banjir tak kunjung reda
Menghidupkan segala luka!
Cinta Malang
Di warung remang
Cinta kita begitu malang
Melihat rinduku doyan makan.
Dulu Kau pesan: “rindu ukuran jumbo,”
dengan bawang goreng tenggelam di kuah kental
kecap-saus-sambal menggoyang lidahmu
lidahku melepuh karena
disirami air mendidih hatimu.
Kini di warung remang
lilin-lilin telah padam
Cinta kita begitu kesepian
tak ada lagi yang memesan.
Bahkan, seekor sepi yang lapar itu
Masih khusyuk duduk sendiri di dalam mangkuk puisi
ditemani secangkir kopi
di malam-malam paling sunyi